Sekilas Taman Wisata Sejarah Kota Salatiga

Lintangpena.com, – Ada beberapa sumber yang dijadikan dasar untuk mengungkapkan asal-usul Kota Salatiga, yaitu yang berasal dari cerita rakyat, prasasti, maupun penelitian dan kajian yang cukup detail. Dari beberapa sumber tersebut Prasasti Plumpungan-lah yang dijadikan dasar asal-usul Kota Salatiga. Berdasarkan Prasasti ini Hari Jadi Kota Salatiga dibakukan, yakni tanggal 24 Juli Tahun 750 Masehi ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Nomor 15 Tahun 1995 Tentang Hari Jadi Kota Salatiga.

Bacaan Lainnya

Kota Salatiga berdasarkan catatan adalah salah satu Kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, yang menjadi enklave (daerah kantong) dari Kabupaten Semarang. Kota Salatiga terletak 49 kilometer di sebelah Selatan Kota Semarang dan 52 kilometer di sebelah Utara Kota Surakarta, serta berada di jalan negara yang menghubungkan antara Kabupaten Semarang dengan Kota Surakarta. Jumlah penduduk Kota Salatiga hingga akhir tahun 2020 berjumlah 192.322 jiwa dan memiliki luas 56,78 km2.

Muslih, Koresponden Official TV TKSK Kota Salatiga menyampaikan berita pada Rabu, 7 September 2022, saat kunjungan Team Official TV- TKSK di proyek pembangunan Taman Wisata Sejarah Kota Salatiga (TWSS) tepatnya di Kelurahan Bugel Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

Kawasan wisata yang memiliki luas kurang lebih 3 hektar. Meskipun baru mulai dibangun pada 2020 untuk menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Salatiga sudah banyak dikunjungi wisatawan domestik terutama di hari libur, dengan menawarkan wisata edukasi gratis kepada pengunjung dengan tampilan adanya berbagai prasasti atau patung yang menggambarkan tentang fakta sejarah seperti adanya patung pahlawan Laksamana Yos Sudarso, Laksamana Adi Sutjipto dan Brigjen Soediarto yang semuanya lahir dari Kota Salatiga, tampak beberapa kendaraan Tank Baja Tempo dulu serta replika KRI Macan Tutul.

” Alhamdulillah adanya pembangunan TWSS dampak positif yang dirasakan masyarakat sekitar seperti meningkatnya upaya kesejahteraan mereka karena dengan berjualan, menyewakan sepeda, ontel, mobil2an dan becak untuk keliling area Taman,” pungkas Muslih. 

(Agus/Zainul)

Editor Herman Wahyudi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *